Tahun baru hijriah yang dimulai pada Bulan Muharam atau Bulan Suro dalam Kalender Jawa sering kita jadikan sebagai momentum untuk menempatkan kita sebagai lakon dalam sejarah kemanusiaan. Setiap kali ingat Muharam kita menjadi optimis, karena pada momen itu Islam pernah membawa bendera peradaban dunia yang bisa kita rasakan sampai saat ini di Indonesia pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya. Itulah alasan mengapa tradisi Suran terus dilaksanakan oleh masyarakat Jawa.
Seperti halnya warga RW 06 Desa Klampok yang terus mengadakan tradisi suran walaupun dengan sederhana, Minggu (23/07/2023) di Jalan Dipadimeja II yang membelah wilayah RW 06 Desa Klampok, dihadiri Warga RT 01 dan RT 02 RW 06 Desa Klampok dan Tokoh Masyarakat.
Pelaksanaan Suran diadakan secara spontan karena tidak ada perencanaan sebelumnya. Berawal dari keprihatinan warga yang menyadari tradisi Suran ini semakin hilang di tengah masyarakat. Sebagai “wong jawa” mereka tidak terima jika tradisi yang penuh makna ini harus hilang ditelan jaman.
Suran di RW 06 ini juga dilaksanakan secara mandiri. Warga secara spontan membawa makanan dengan diniati shodakoh yang kemudian dikumpulkan dan dibagi kembali dengan saling bertukar atau istilah jawa “Takir”. Warga berkumpul dalam satu tempat yang sudah disepakati untuk berdoa bersama dan dilanjutan dengan makan bersama. Sebuah tradisi yang penuh makna islami, bersilaturahmi sesama tanpa melihat pangkat,jabatan, golongan, kaya, miskin dan sebagainya. Mereka berbaur salam satu suasana kegembiraan menghadapi tahun baru seraya berdoa memohon kepada Tuhan agar di tahun yang baru ini menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. Dan sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk terus malanjutkan tradisi yang bisa menyatukan kita semua dalam bingkai Negara Kestauan Indonesia dan benafaskan Islam yang rohmatan lil alaamin…@z072023