Malam menjelang hari kemerdekaan menjadi malam yang sarat makna. Betapa tidak, hampir semua instansi dan elemen masyarakat mengadakan malam renungan atau lebih dikenal dengan malam tirakatan. Malam tirakatan merupakan salah satu tradisi dalam masyarakat Jawa yang erat kaitannya dengan peringatan Hari Ulag Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia. Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus malam. Umumnya, tradisi ini dilaksanakan dengan melantunkan doa dan melakukan refleksi atas perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Tradisi tirakatan sudah dilakukan secara turun temurun di Jawa. Karena merupakan tradisi turun temurun, tentunya tirakatan ini memiliki makna tersendiri dalam masyarakat Jawa.
Dalam tradisi masyarakat Jawa, pelaksanaan tirakatan memiliki makna yang mendalam. Tirakatan mengandung nilai-nilai yang tersurat dan tersirat dalam pelaksanaannya. Makna tersurat dari tradisi tirakatan yaitu memperingati kemerdekaan Indonesia sebagai buah dari perjuangan para pahlawan. Adapun makna tersiratnya yaitu sebagai bentuk syukur kepada Allah atas nikmat yang diberi, nikmat sehat, rezeki, dan masih diberi umur untuk memperingati memperingati harikemerdekaan negaranya.
Mengutip dari laman NU Online, pelaksanaan tradisi ini juga memiliki makna yang selaras dalam ajaran Islam. Hal tersebut karena tradisi tirakatan adalah bentuk akulturasi budaya antara ajaran Islam dengan perpaduan budaya masyarakat Jawa. Sebagaimana dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan, disebutkan jika kita kufur dengan nikmat yang diberikan kita bisa termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak bersyukur dan akan mendapatkan siksa yang pedih dari Allah SWT. Tradisi tirakatan ini merupakan salah satu bentuk ekspresi ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kemerdekaan. Selain itu dalam aspek agama, tradisi ini juga mengandung makna yang mendalam dalam aspek kebudayaan. Tirakatan mengajarkan masyarakat untuk tidak melupakan sejarah serta menjadi sarana mempererat hubungan silaturahim antartetangga.
Tidak terkecuali di Desa Klampok. Tradisi turun temurun ini terus berkembang dan dilestarikan oleh warga Desa Klampok. Bahkan dalam perkembangannya, malam tirakatan ini selain lantunan doa dan refleksi perjuangan, juga diisi dengan acara hiburan setelahnya sebgai ekspresi kegembiraan warga menyambut hari kemerdekaan bangsanya.
Dalam pelaksanaannya, malam tirakatan di Desa Klampok tidak memusat dalam satu kegiatan desa, tetapi menyebar di seluruh wilayah desa. Pemerintah Desa Klampok menyerahkan kepada masing-masing wilayah RT, RW atau Dusun untuk pelaksanaannya. Acara malam tirakatan dipimpin oleh masing-masing Ketua RT, Ketua RW atau Kepala Dusun. Sementara Kepala Desa Klampok Agus Supriyono mengutus perangkat desa diwilayah setempat untuk mewakili dan membacakan amanat/pidato Kepala Desa Klampok menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia Ke-79. Sementara Kepala Desa Klampok akan menghadiri salah satu acara diwilayah dan digilir setiap waktunya. Seperti terlihat di malam tirakatan kali ini Kepala Desa Klampok beserta istri terlihat menghadiri malam tirakatan di RW 07 Dusun Kemangunan.
Dibeberapa wilayah ada juga yang tidak melakukan malam tirakatan dan hanya melaksanakan malam tasyakuran yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus malam. Biasanya menyesuaikan kondisi warga dan hari yang tepat. Pada malam tasyakuran ini biasanya identic dengan kemeriahan dan hiburan. Namun acara apapun, semuanya sebagai ekspresi kegembiraan warga dalam menyambut hari kemerdekaan bangsanya dan menunjukkan nasionalisme yang terus terbangun diseluruh warga Indosnesia khususnya warga Desa Klampok